Sosok mega bintang dan juga kontroversial lahir di Rio de Janeiro, Brasil, hari ini, 48 tahun silam.
Hari ini, tepat 48 tahun silam, sosok legenda sepakbola lahir di Rio de Janeiro, Brasil. Ya, dia adalah salah satu striker terbaik sepanjang masa, yaitu Romario.
Lahir dengan nama Romário De Souza Faria, bakatnya tercium ketika dia bermain untuk Olaria, sebuah klub kecil dari daerah Rio de Janeiro. Dia kemudian direkrut oleh tim akademi Vasco da Gama dan berkat performa impresifnya ia mendapatkan panggilan pertama ke tim nasional. Romario menjadi sorotan internasional ketika ia menjadi top skor Olimpiade 1988.
Selama karirnya di sepakbola, Romario kerap berpindah klub, tercatat ada sepuluh klub berbeda yang pernah ia perkuat. Khusus untuk Vasco Da Gama, ia tiga kali membela klub Brasil itu dalam empat periode berbeda (1985-1988, 2000-2002, 2005-2006 dan 2007).
Performa gemilangnya membuat PSV Eindhoven merekrutnya, dan di Belanda, Romario meraih sukses besar. Ia memenangkan Eredivisie sebanyak tiga kali yaitu pada 1989, 1991 dan 1992. Selama lima musim di sana, ia mencetak 165 gol dalam 167 pertandingan.
Ia kemudian hengkang ke Barcelona pada musim 1993/94 dan menjadi bagian dari tim impian bersama pelatih Johan Cruyff, dan pemain-pemain seperti Hristo Stoichkov, José Mari Bakero, Josep Guardiola, Michael Laudrup dan Ronald Koeman.
Ia membantu Blaugrana memenangkan gelar La Liga, plus ia meraih prestasi individu sebagai top skor liga dengan mencetak 30 gol dalam 33 pertandingan. Salah satu momen yang paling dikenang, tentu saja, ketika Romario mencetak hat-trick untuk membantu Barca melumat Real Madrid dengan skor 5-0 di Camp Nou.
Ia memperkuat Valencia sebelum akhirnya mengakhiri petualangannya di Eropa denga kembali ke Amerika Selatan untuk membela Vasco Da Gama. Setelah itu, ia memperkuat tim-tim non-Eropa seperti Fluminense, Al Sadd, Adelaide United, Miami dan America.
Romario juga menorehkan tinta emas di level internasional bersama timnas Brasil. Bahkan, namanya meroket ketika ia membela Selecao di Olimpiade 1988. Kala itu, ia mengantar timnya meraih medali perak dan menyabet gelar top skor dengan tujuh gol dari enam peertandingan.
Satu tahun berikutnya, ia menjadi pahlawan nasional setelah gol tunggalnya ke gawang Uruguay pada final Copa America 1989 mengakhiri dahaga juara Brasil di Maracana.
Prestasinya itu tentu membuat Romario menjadi salah satu bintang yang disorot pada Piala Dunia 1990. Namun sayang, cedera parah yang menimpa Romario, tiga bulan jelang turnamen, membuat ia gagal tampil maksimal meskipun ia bisa pulih tepat pada waktunya. Brasil akhirnya tersingkir di babak 16 besar dari rival besar mereka, Argentina.
Romario akhirnya membalas kegagalan itu di turnamen berikutnya dengan mengantarkan Brasil juara Piala Dunia 1994. Namun, perjalanan menuju ke sana tidaklah mulus.
Pada tahun 1992, Romario dipanggil ke timnas untuk melakoni laga uji coba menghadapi Jerman. Namun, pemain yang saat itu membela PSV hanya disimpan di bangku cadangan oleh pelatih Carlos Alberto Perreira, dan hal itu membuat Romario berang dan mengatakan bahwa ia tidak akan datang jauh-jauh dari Belanda jika ia tahu tidak akan bermain. Pernyataan itu membuat Perreira murka dan melarang Romario untuk memperkuat timnas.
Brasil akhirnya memainkan tujuh pertandingan pertama kualifikasi Piala Dunia 1994 tanpa Romario, dan mengalami kekalahan pertama dalam sejarah di kualifikasi ketika menghadapi Bolivia. Hal tersebut menimbulkan gelombang protes dari jurnalis dan suporter agar Romario kembali dimasukkan ke skuat, mengingat Brasil harus mengalahkan Uruguay di Maracana agar menjadi pemuncak grup.
Sebelum pertandingan melawan Uruguay, Perreira akhirnya menyerah dan memanggil Romario kembali. Hasilnya, Brasil meraih kemenangan 2-0, di mana dua gol dicetak oleh Romario. Uniknya, menjelang laga, Romario mengatakan: "Saya sudah tahu apa yang akan terjadi, saya akan menghabisi Uruguay."
Di putaran final, Romario berduet dengan Bebeto di lini depan untuk membawa Brasil meraih trofi Piala Dunia ke-empat kalinya. Dia mencetak lima gol di turnamen tersebut dan mendapatkan Golden Ball atas performanya. Selain itu, berkat trofi Piala Dunia, ia juga mendapatkan penghargaan sebagai pemain terbaik dunia 1994 oleh FIFA.
Ia memainkan pertandingan terakhirnya bersama timnas Brasil pada sebuah laga uji coba, sekaligus laga perpisahan, pada 27 April 2005. Romario mengenakan ban kapten dan mencetak gol kedua dalam kemenangan 3-0 Brasil atas Guatemala.
Salah satu kontroversi Romario yang paling tenar tentu saja klaim koleksi 1000 gol. Ia mengklaim gol ke-1000 yang ia ciptakan lahir pada tanggal 20 Mei 2007, ketika Romario mencetak gol melalui titik putih ke gawang Sport Recife, ketika membela Vasco Da Gama.
Media Brasil mengklaim bahwa dia adalah salah satu dari sedikit pemain dalam sejarah sepakbola profesional yang berhasil mencapainya, seperti Pele dan Puskas.
Tentu saja, hal itu kemudian mengundang perhatian dari media di seluruh penjuru dunia. Hingga ditemukan adanya keraguan terhadap validitas klaim tersebut, karena tim peneliti Romario juga menghitung gol sang bintang ketika bermain di usia muda, uji coba dan juga pertandingan tidak resmi.
FIFA memberi selamat kepada Romario atas pencapaian itu, tetapi tetap menyatakan bahwa pemain asal Brasil itu secara resmi masih mencetak 929 gol, karena 77 gol lahir di sepakbola usia muda, dan lainnya di laga uji coba.
Advertisement
Title: Sejarah Hari Ini (29 Januari): Feliz Aniversário, Romario!
Posted by:
Published :2014-01-28T19:37:00-08:00
Sejarah Hari Ini (29 Januari): Feliz Aniversário, Romario!
Posted by:
Published :2014-01-28T19:37:00-08:00
Sejarah Hari Ini (29 Januari): Feliz Aniversário, Romario!
Anda baru saja membaca artikel situs Jadwal Siaran Langsung 2014 indonesia yang berkategori Bola /
Bursa Transfer /
Liputan Boladia /
Live /
News /
Profil Bintang /
Terbaru
dengan judul
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://jadwal-langsung.blogspot.com/2014/01/sejarah-hari-ini-29-januari-feliz.html. Terima kasih!
Selasa, 28 Januari 2014
Sejarah Hari Ini (29 Januari): Feliz Aniversário, Romario!
|
|